Sebagai wanita hamil, kita mungkin sering menemukan situasi ini:
Di mata banyak keluarga, berita kehamilan merupakan berita yang bahagia, terutama bagi pihak keluarga laki-laki (mertua), akhirnya bisa mempunyai cucu! Sedang pihak keluarga wanita paling khawatir dengan keadaan putrinya.
Di tengah kehamilan, akan muncul dua keadaan. Yang paling dipikirkan mertua adalah apakah cucunya sehat atau tidak, sedang yang dipikirkan orangtua ku adalah apakah keadaan ku sihat atau tidak.
Saat aku berumur 27 tahun, aku dan suamiku akhirnya akan segera memiliki seorang anak. Saat melakukan pemeriksan, doktor mengatakan anak dirahimku adalah kembar empat! Doktor menyarankanku untuk mengugurkan, namun mertua sangat tidak setuju, akhirnya aku pun tak boleh berbuat apa-apa selain terus menahan sakit dari ke-empat bayi ku. Orangtuaku sangat marah, sehingga antara mereka dan mertuaku pun sempat bertengkar.
Selama masa pemeriksaan, semua berjalan dengan lancar, tak ada masalah yang serius. Namun doktor mengatakan bahawa aku tak boleh menunggu 37 minggu dulu baru melahirkan, harus lebih awal ke hospital. Mendengar hal ini, orang tua ku cemas, mereka pun datang dan tinggal di rumah ku untuk menjagaku.
Saat minggu ke-33, di suatu pagi air ketubanku pecah, ibuku langsung memanggil ambulans dan menghantarku ke hospital. Aku pun langsung dimasukan ke labor room, sedang ibuku menunggu di luar dengan hati tak tenang. Setengah jam kemudian, keluarga mertua pun datang satu persatu.
Setelah datang, mereka bertanya pada ibuku, apakah cucunya sudah keluar atau belum. Mendengar perntanyaan ini, ibuku tahu bahwa mereka hanya memperdulikan cucunya. Ibuku pun langsung menghela nafas dan menjawabnya dengan sinis, “aku tak peduli cucumu dimana, yang ku tahu putriku sekarang belum keluar.”
Setengah jam setelah itu, nurse pun keluar dan berkata, “katil nombor 25 sudah melahirkan, dua laki-laki dan dua perempuan.” Mendengar ini, keluarga mertua langsung berteriak kegirangan, ibu mertuapun bersiap untuk pergi, tak sabar menggendong cucunya . Namun melihat ibuku masih duduk dan belum bergerak, ibu mertua berkata, “pergilah, mengapa diam disana? bayinya sudah keluar.”
“Putriku belum keluar dari bilik bedah dan kalian sudah mau pergi? Cepat kembali!”, mendengar ini mereka pun merasa terkesima, dan perlahan kembali.
Ibuku lari menemui jururawat dan bertanya, “bagaimana keadaan putriku?”, dokter menjawab, “kondisinya sangat baik, ia sudah kembali ke wad.” Mendengar keadaanku baik-baik saja, ibuku pun menangis terharu.
Ibu-ibu sekalian, saat kalian melahirkan anak, siapakah yang menunggumu hingga keluar?
Bagaimana dengan sikap orangtua kandung dengan mertua?
sumber: happylady
Tiada ulasan:
Catat Ulasan