Berkat usaha kerasnya, Wina berhasil mengembangkan perniagaannya, dan seiring dengan itu, Fredy suaminya juga menjadi mewah, dia membeli rumah, kereta dan sangat jarang berada di restorannya, kerap hanya meninggalkan pesan lalu pergi, hanya Wina yang mati-matian sibuk sepanjang hari di restorannya.
Boleh dikata nasib Fredy cukup tragis, ayah dan ibunya sudah meninggal sejak dia masih kecil, dan selama bertahun-tahun dia bisa membesar juga berkat sedekah orang-orang dan hasil mengemisnya.
Selain itu, Fredy juga tidak punya keterampilan kerja apa pun, dan meski sudah memasuki usia nikah, tapi ia belum juga beristri karena miskin.
Setelah berulang kali meminta bantuan mak tirinya, akhirnya Fredy menikah juga dengan seorang gadis bernama Wina.
Wina meskipun mempunyai badan yang gemuk, tapi dia sangat rajin dan bertenaga.
Saat menikah, keadaan mereka cukup memprihatinkan, hidup serba kekurangan, sementara Fredy tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaki taraf hidup mereka sehari-hari.
Berbeda dengan Wina yang meski pun gemuk, tapi rajin, cekatan dan pintar, sehingga segala urusan rumah tangga dikerjakakan sendiri oleh Wina.
Awalnya keduanya menjalani hidup dengan mengerjakan beberapa hektar sawahnya, namun, hasilnya agak sedikit.
Wina punya pandangan jauh ke depan, dia tidak mau begitu terus selamanya, saat itu dia berusaha mendapatkan pinjaman wang dimana-mana, kemudian membuka restoran di kota kecil dan menjadi bos sendiri, kemudian mempekerjakan seorang pekerja.
Dua tahun pertama, usaha restonya memang tidak menggembirakan, tapi tidak rugi, dan Wina terus bertahan. Belakangan, usaha restorannya mulai ramai, dan berkembang pesat.
Berkat usaha kerasnya, Wina berhasil merintis usaha restonya, dan seiring dengan itu, Fredy suaminya juga menjadi royal.
Mereka bisa membeli rumah, kereta dan sejak itu Fredy sangat jarang berada di restorannya, kerap hanya meninggalkan pesan lalu pergi, hanya Wina yang mati-matian sibuk sepanjang hari di restorannya.
Namun, kehidupan rumah tangganya cukup tenang saat itu, sampai suatu hari terjadi kecelakaan yang menyebabkan rumah tangganya hancur.
Suatu hari, Wina bergegas menuju ke restorannya, tapi malang dia mengalami kemalangan dalam perjalanannya. Untungnya saat itu, ada orang yang segera membawanya ke rumah sakit, dan meski nyawanya terselamatkan, tapi tangannya terpaksa dipotong karena kecederaan yang sangat serius.
Wina meratap pilu saat siuman melihat keadaannya yang dialaminya, dan yang lebih memilukan, Fredy, suaminya tidak berusaha menghiburnya ketika melihat keadaan Wina seperti itu, ia langsung pergi setelah mengucapkan beberapa patah kata sekadarnya.
Keesokan harinya, Fredy kembali lagi ke rumah sakit, tapi kali ini dia mengajak seorang wanita, menemui Wina dan menyerahkan surat cerai.
Wina yang masih meratap sedih dengan peristiwa yang dialaminya itu kembali dihadapkan dengan permintaan cerai suaminya.
Dia hanya bisa menangis sepanjang hari, tapi bagaimana pun juga tidak akan bisa mempertahankan seseorang yang memang sudah berniat untuk pergi, jadi, Wina pun menerima perceraian dari suaminya.
Saat pembagian harta gono-gini, mantan suaminya hanya memberi 150 juta rupiah kepada Wina, sedangkan mantan suaminya itu mendapat bahagian lebih banyak.
Sebenarnya pembagian ini sangat tidak adil, tapi Wina tidak banyak protes, karena dia tidak ingin bertengkar dengan mantan suaminya, dia hanya ingin segera memutuskan hubungan apa pun dengan pria yang tak tahu diri itu.
Wina mengalami depresi cukup lama setelah bercerai dengan suaminya, karena dia tidak tahu kemana arah jalan hidupnya di masa depan.
Tapi perlahan-lahan Wina bangkit kembali, semangatnya kembali bangkit, dan hanya satu dalam benaknya : Meski tidak punya apa-apa juga harus tetap semangat dan ceria.
Belakangan Wina menggunakan 150 juta itu untuk membangun usahanya lagi, sementara Fredy, mantan suamnya menikmati hari-harinya dengan bersantai ria di rumah.
Setelah bercerai dengan Wina, Fredy dan kekasih gelapnya berfoya-foya setiap hari. Belakangan Fredy menjadi ketagih judi.
Tak lama kemudian, Fredy menghabiskan semua hartanya di meja judi, menggadaikan rumah, kereta dan restorannya juga turut tergadai di meja judi.
Karena sudah tidak punya apa-apa lagi, kekaksihnya pun pergi meinggalkannya, dan untuk dapat bertahan hidup, dia pun mengembara di jalanan menjadi pengemis, menjalani hari-harinya yang suram.
Tak terasa dalam sekejap mata, sepuluh tahun pun berlalu. Suatu hari saat Fredy sedang mengemis ia melihat seorang wanita parlente turun dari mobil mewahnya, dia pun segera berlari ke arah wanita itu untuk mengemis.
Wanita itu kaget tiba-tiba dihampiri seorang pengemis, dan lebih kaget lagi ketika melihat dengan lebih jelas muka pengemis itu, karena dia tak menyangka pengemis itu ternyata adalah Fredy, mantan suaminya.
Sementara itu, Fredy juga tampaknya baru sadar dengan sosok wanita di depannya, dia terkejut melihat Wina, mantan isterinya yang tampak model tanpa cacat di lengannya.
“Ta….tanganmu…tanganmu itu ?”katanya tergagap-gagap.
Melihat mantan suaminya sangat terkejut, Wina hanya tersenyum kecil, lalu menunjuk ke seorang pria di sampingnya sambil berkata pada Fredy : “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu yang meninggalkan saya ketika itu, kalau tidak saya juga tidak akan menemukan kebahagiaan saya sekarang.”
“Namun, segala kebahagiaan apa pun itu diraih dengan usaha keras saya sendiri, dan kamu tidak akan pernah bisa memahami penderitaan yang saya alami selama puluhan tahun itu!”
Usai berkata kepada Fredy, Wina pun berlalu sambil menggandeng tangan suaminya. Fredy hanya bisa memandang kepergian mereka dengan tatapan bengong, dan sudah pasti ia sangat menyesal dengan sikap dan keputusannya ketika itu !
Kredit: erabaru
Tiada ulasan:
Catat Ulasan